Sidoarjo, Jejakjurnalis.com,– Menyikapi Aksi Demonstrasi yang berkembang hari ini, Bupati LSM LIRA DPD Kabupaten Sidoarjo, Winarno HD, ST, SH, MHum, menyampaikan dengan tajam opini dan pandangannya.
Winarno dalam sebuah pernyataannya menyoroti kesamaan kondisi dan situasi politik antara tahun 1998 dan kondisi politik di tahun 2024 ini. Namun, ia juga menjelaskan perbedaan mendasar dalam karakter penguasa yang dihadapi.
Menurut Winarno, kondisi politik saat ini masih dikendalikan oleh barisan jenderal yang sama seperti di masa lalu. Perbedaannya terletak pada sikap para penguasa.
“Dulu, Presiden Soeharto sudah rela melepaskan kekuasaan untuk kebaikan bangsa. Namun sekarang, perjuangan akan sulit berhasil jika penguasa masih mempertahankan syahwat kekuasaan dan berbagai kepentingan dengan dalih pemerintah tidak boleh kalah dengan rakyat,” tegas Bupati LSM LIRA Sidoarjo.
Ia menambahkan bahwa tanpa adanya peran pengkhianat dari pihak penguasa atau dukungan intelijen dalam memobilisasi massa, perjuangan rakyat hanya akan menjadi angan-angan kosong.
Bupati LSM LIRA Sidoarjo melihat bahwa situasi ini hanya bisa diubah jika terdapat keberanian dari mereka yang memiliki kuasa untuk berpihak kepada rakyat.
Winarno juga mengajak masyarakat untuk mengubah paradigma dari slogan lama “Suara rakyat suara Tuhan” menjadi “Suara rakyat kehendak Tuhan”.
Menurutnya, perubahan ini penting sebagai syariat dalam bernegara yang harus lebih menekankan pada nilai-nilai Ketuhanan dalam Pancasila.
“Kita hadir dalam perjuangan ini adalah kehendak Tuhan, sehingga tiap langkah yang diambil akan dicatat sebagai amal saleh dan bagian dari perjuangan yang syahid dalam menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar,” ujarnya.
Dalam pandangannya, perjuangan untuk menegakkan keadilan tidak hanya harus berlandaskan pada kehendak rakyat, tetapi juga harus didasari oleh prinsip-prinsip Ketuhanan yang terwujud dalam Pancasila dan UUD 1945.
Dengan demikian, Winarno berharap perjuangan rakyat dapat menghasilkan tatanan yang lebih adil dan berpihak pada kebenaran.
Winarno juga menekankan bahwa perjuangan ini harus didukung oleh alam semesta, yang akan berpihak kepada apa yang benar dan harus ditegakkan, serta menumpas apa yang salah berdasarkan konstitusi.
Winarno, menutup pernyataannya dengan salam hormat, harapannya agar setiap perjuangan yang dilakukan dapat menjadi bagian dari pengabdian yang dicatat sebagai amal ibadah.