Dari Tumpukan Sampah Menjadi Desa Percontohan, Kisah Sukses TPS 3R Mardiredo Berkat Kepemimpinan Kades dan Gotong Royong Warga

  • Bagikan
0-0x0-0-0#

Inovasi, Kedisiplinan, dan Kolaborasi Warga Mardiredo Menjadikan Desa Ini Contoh Nasional Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

Mardiredo, Malang, JejakJurnalis.com – Di tengah hamparan perkebunan dan udara sejuk Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Desa Mardiredo menyimpan kisah inspiratif tentang perubahan besar. Dulu, desa ini seperti kebanyakan desa lainnya: sampah menumpuk di pinggir jalan, sungai tercemar, dan kesadaran warga akan kebersihan masih rendah.

Namun, sejak tahun 2017, Mardiredo berubah total. Kini, desa ini menjadi role model pengelolaan sampah tingkat nasional, berkat kepemimpinan visioner Kepala Desa Mahfud dan kekompakan warganya yang pantang menyerah.

Awal Mula: Tantangan Besar di Balik Tumpukan Sampah
Sebelum TPS 3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) berdiri, Mardiredo menghadapi masalah klasik: sampah berserakan dan minimnya kesadaran warga. Sungai-sungai kecil yang dulu jernih berubah menjadi tempat pembuangan liar. Kepala Desa Mahfud, yang kala itu baru menjabat, menyadari bahwa tanpa sistem pengelolaan sampah yang baik, desanya tidak akan maju.

“Kami mulai dari nol. Warga belum terbiasa memilah sampah, bahkan banyak yang menolak membayar iuran kebersihan,” kenang Mahfud. Namun, tekadnya bulat: Mardiredo harus bersih, hijau, dan mandiri dalam mengelola sampah.

Langkah Revolusioner: TPS 3R sebagai Solusi

Pada 1 Januari 2017, TPS 3R Mardiredo resmi beroperasi. Fasilitas ini bukan sekadar tempat pembuangan, melainkan **pusat pengolahan sampah terpadu** yang mengedukasi warga. Setiap hari, petugas TPS bekerja dengan disiplin tinggi:

✔ Apel pagi & berdoa bersama sebelum memulai aktivitas.
✔ Pengangkutan sampah door-to-door dengan jadwal tetap.
✔ Pemilahan ketat antara sampah organik, anorganik, dan residu.

“Kami tidak hanya mengumpulkan sampah, tapi mengubah pola pikir masyarakat,” tegas Mahfud.

3 Strategi Dahsyat Kades Mahfud yang Mengubah Mardiredo
1. Aturan Desa yang Tegas & Konsisten
– Warga wajib membayar iuran sampah Rp15.000 per bulan—tanpa kecuali.
– Sanksi sosial bagi yang melanggar, seperti teguran dari tokoh masyarakat.
– Transparansi keuangan untuk membangun kepercayaan.

 2. Melibatkan Seluruh Elemen Desa

– **Tokoh agama** menyisipkan pesan kebersihan dalam ceramah pengajian.
Kades Mardiredo jadi relawan edukasi lingkungan.
Kelompok PKK mengolah sampah organik menjadi pupuk & kerajinan.

3. Teknologi & Inovasi Ramah Lingkungan
Desa ini dilengkapi alat canggih seperti:
– Mesin press sampah plastik untuk daur ulang.
– Penggiling sampah organik menjadi kompos.
Incinerator pembakar residu tanpa polusi.

Hasil Nyata: Desa Bersih, Ekonomi Warga Meningkat
Dalam 5 tahun, Mardiredo berubah drastis:
Zero sampah liar di jalan & sungai.
Limbah organik jadi pupuk, dijual hingga luar desa.
Plastik daur ulang menjadi sumber penghasilan tambahan.
Kunjungan studi banding dari berbagai daerah.

“Dulu sungai kami kotor, sekarang anak-anak bisa mandi di sana lagi,” ujar Haji Fathoni, salah satu pengurus TPS, bangga.

Kunci Sukses: Konsistensi & Kolaborasi
Mahfud mengungkap rahasia keberhasilan Mardiredo:
– “Kami tidak pernah berhenti mengingatkan, bahkan di acara nikah sekalipun.”
– “Semua pihak dilibatkan—pemuda, ibu-ibu, bahkan anak sekolah.”
– “Teknologi penting, tapi tanpa kesadaran warga, tidak akan berhasil.”

Mardiredo Kini: Inspirasi bagi Desa Lain

Kisah sukses ini membuktikan bahwa dengan kepemimpinan kuat dan gotong royong, masalah sebesar sampah pun bisa diatasi. Tak heran jika Mardiredo kini menjadi destinasi wajib bagi desa-desa yang ingin belajar pengelolaan sampah.

“Mereka membuktikan bahwa perubahan besar dimulai dari hal kecil: kesadaran dan kerja sama,” tutup Hari Wicaksono, reporter JejakJurnalis.com.

Liputan oleh: Hari Wicaksono
Foto: Bryan
Editor: Tim JejakJurnalis.com

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan