Sidoarjo, Jejakjurnalis.com,- Majelis Ansor Scooterist Sidoarjo (MAOS) kembali menggelar kegiatan bertajuk “NGACO: Ngaji Coro Opo Wae” pada Sabtu malam, (12/7/2025), bertempat di halaman Kantor PCNU Sidoarjo.
Kegiatan ini menghadirkan semangat baru dalam berdakwah dengan memadukan tradisi keislaman, kebudayaan urban, dan komunitas vespa dalam satu wadah dakwah yang segar dan inklusif.
Acara NGACO Chapter 2 ini dihadiri sejumlah tokoh penting, di antaranya Pembina Scooterist Sidoarjo Gus Bahron yang juga Ketua Rijalul Ansor PC Sidoarjo, Ketua PCNU Kabupaten Sidoarjo K.H. Zaenal Abidin, Gus Sahal Asrori, para dai muda dari Sidoarjo, serta puluhan anggota komunitas Scooterist dan Banser.

Syiar Lewat Jalan Tak Biasa
NGACO sendiri merupakan akronim dari Ngaji Coro Opo Wae, ngaji dengan cara apa saja. Sebuah pendekatan yang unik namun menggugah, dengan filosofi bahwa dalam abad ke-2 NU, syiar Islam harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan nilai-nilai spiritualnya.
“NGACO bukan sembarang ngaji. Ini bentuk ekspresi keislaman yang membumi, yang menyentuh generasi muda dan masyarakat secara luas melalui pendekatan budaya dan komunitas,” ujar Gus Bahron dalam sambutannya.
Cerita Vespa dan Sholawat dari Kiai NU
Ketua PCNU Kabupaten Sidoarjo, K.H. Zaenal Abidin dalam sambutannya mengapresiasi kreativitas MAOS. Ia bahkan menceritakan bahwa dirinya memiliki dua unit vespa klasik yang pernah dipakai touring oleh anggota MAOS.
“Vespa itu bukan cuma kendaraan, tapi menjadi sarana dakwah yang merangkul. Kita tidak harus berdakwah di mimbar, bisa juga lewat jalanan, lewat hobi, asal substansinya tetap syiar. Vespa digawe opo wae pantes,” tutur Kiai Zaenal, disambut tepuk tangan peserta.
Ia juga mengingatkan pentingnya sholawat Nabi sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meraih syafaat kelak di akhirat.
Baca juga: Ngopi Bareng Paslinkes Ansor PAC Sedati
“Dengan cinta kepada Nabi, insyaAllah surga akan lebih mudah kita raih,” tuturnya.
Gus Sahal: Dakwah Butuh Kreativitas dan Keberanian
Sementara itu, Gus Sahal Asrori yang turut hadir memberikan pandangannya bahwa anak muda NU harus berani keluar dari pakem kaku dalam berdakwah.
“Kegiatan MAOS ini adalah contoh nyata bahwa Islam bisa dikemas dengan cara kreatif tanpa kehilangan ruhnya. Dakwah itu harus menyenangkan, bukan menakutkan,” ungkap Gus Sahal.
Ia juga menegaskan bahwa MAOS merupakan aset penting dalam membangun jembatan antara nilai-nilai keislaman dan gaya hidup generasi muda.
“Kita butuh pendekatan baru yang bisa menembus ruang sosial yang selama ini jarang tersentuh oleh mimbar-mimbar konvensional,” tambahnya.
Dari Sidoarjo untuk Nusantara
Acara ditutup dengan penampilan musik sholawat yang dibawakan oleh komunitas MAOS, sembari memperkenalkan merchandise edisi NGACO Chapter 2. Puluhan Scooterist yang hadir mengaku antusias dan berharap kegiatan ini terus berlanjut.
NGACO menjadi bukti bahwa syiar Islam bisa dilakukan lewat cara apa saja, termasuk lewat suara knalpot vespa dan semangat komunitas. Dari Sidoarjo, syiar kreatif ini membawa pesan bahwa cinta kepada agama dan Nabi tak harus dengan cara lama, selama niat dan substansinya tetap sama.
Untuk informasi berita lainnya simak di: http://Jejakjurnalis.com