Kota Batu, Jejakjurnalis.com,- Songgoriti, terletak di lereng barat Gunung Banyak, bukan sekedar tentang batu dan relief bangunan candi, tapi peninggalan jejak spiritual nusantara yang terlahir dari kolaborasi pemikiran Mpu Sindok dan kebijaksanaan Mpu Supo, sang penjaga sakralitas tanah Jawa.
Candi Songgoriti dibangun pada masa awal Kerajaan Mataram kuno tersebut bukan sekedar struktur batu purba, tapi simbol warisan budaya nusantara yang pada masanya jadi pusat peribadatan dan perenungan para empu, pertapa dan tokoh spiritual abad ke-10 Masehi.
Dalam babad lisan dan kajian arkeologis, Mpu Supo dipercaya sebagai arsitek dan sekaligus menjadi spiritualis kerajaan. Ia mendapat titah dari Mpu Sindok untuk mendirikan bangunan suci di wilayah berhawa sejuk di lereng gunung yang mengandung kekuatan alam.
Dipilihlah kawasan Songgoriti, dikenal memiliki sumber air panas belerang yang menyembul dari bumi, yang telah diyakini sebagai titik spiritual (tirtha) penyembuhan dan penyucian diri.
Struktur candi dibangun menghadap ke timur dengan ukuran dasar sekitar 14,8 x 10,6 meter, dibuat dari batu andesit yang kokoh. Meskipun kini hanya tersisa bagian kaki candi, aura sakralnya tetap kuat terasa.
Baca juga: Misteri Kolam Segaran Trowulan, Warisan Majapahit Terpendam
Relief Samudramanthana, kisah tentang pengadukan lautan susu oleh para dewa dan asura dalam mitologi Hindu, jelas terpahat di bagian kaki candi.
Relief ini menegaskan fungsi spiritual Candi Songgoriti sebagai tempat untuk pemulihan dan penyeimbangan energi hidup (amerta).

Di sekitar kompleks candi, ditemukan fragmen arca yang diyakini berasal dari Dewa Siwa, Durga Mahisasuramardhini, Agastya, dan Ganesha.
Keempat arca ini biasa ditemukan di candi-candi beraliran Siwaistik, yang menandakan bahwa Songgoriti adalah tempat suci bagi pemujaan Siwa sebagai Mahadewa pencipta dan pelebur.
Untuk informasi tentang Misteri Candi Songgoriti simak Candi Songgoriti Misteri dan Keajaiban Petirtaan Kuno di Kota Batu
Kolam air panas di sisi barat candi menjadi pelengkap tempat ritual. Airnya mengandung belerang alami dan masih digunakan masyarakat hingga kini sebagai tempat terapi dan pensucian.
Di dekat kolam, dulunya juga terdapat pancuran yang dipercaya mengalirkan air suci, dengan patung-patung penjaga spiritual berdiri mengapitnya.
Pada masa kejayaannya, Songgoriti tidak hanya sebagai pusat pemujaan, tapi juga tempat penggemblengan para resi dan murid spiritual sekaligus sebagai tempat pembersihan dan penjamasan pusaka.
Dikelilingi hutan dan perbukitan, lokasi ini ideal bagi semedi dan kontemplasi, menjadikan Mpu Supo tokoh sentral dalam menyebarkan laku spiritual dan ajaran dharma di Tanah Jawa.
Keberadaan candi ini tercatat dalam Prasasti Sanjaya dan literatur babad Mataram, mengaitkan Songgoriti sebagai titik awal ekspansi spiritual kerajaan menuju wilayah timur.
Hal ini menjadi bukti bahwa Mpu Sindok tidak sekadar memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur, namun juga meletakkan fondasi spiritual baru sebagai kekuatan legitimasi kerajaan.
Kini, meski fisik candinya tak utuh, candi Songgoriti tetap hidup sebagai situs warisan budaya. Replika telah dibangun untuk menjaga wujud aslinya, dan kisah Mpu Supo tetap dilestarikan dalam tradisi lisan masyarakat.