Kediri, Jejakjurnalis.com,- DR Koen edukasi STBM 5 Pilar kepada 37 orang sanitarian dari puskesmas se-Kabupaten Kediri dalam pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Sanitasi Lingkungan Tentang Teknologi Tepat Guna (TTG) yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, pada tanggal 7–8 Agustus 2025.
Dalam pelatihan, DR Koen Irianto Uripan, S.H., M.M., membawakan materi cukup mendalam tentang Pilar 1 STBM, yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan mendorong penggunaan WC SATO, produk yang memiliki teknologi tepat guna kepada sanitarian
Maestro sanitasi, memaparkan pentingnya intervensi berbasis teknologi tepat guna untuk mendukung secara cepat perubahan perilaku masyarakat yang berkelanjutan. Salah satunya adalah menggunakan WC yang efisien dan hemat air.
Toilet SATO: Teknologi Praktis dan Efisien
Dalam paparannya, Alumni Sekolah Pasca Sarjana Unair Surabaya, memperkenalkan produk toilet SATO sebagai contoh konkret teknologi tepat guna (TTG) yang sudah terbukti berhasil digunakan di berbagai wilayah Indonesia.

Menurutnya, toilet SATO memiliki banyak keunggulan: hemat air, mudah dipasang, perawatan ringan, kokoh, dan sangat ekonomis untuk skala rumah tangga.
“Dengan toilet SATO, hanya butuh 200 ml air sekali flush. Ini sangat ekonomis, cocok untuk daerah rawan air, pegunungan dan masyarakat berpenghasilan rendah,” ujar Koen di hadapan puluhan sanitarian.
Selain itu, DR Koen juga memperagakan langsung cara pemasangan toilet SATO, yang bisa dilakukan tanpa perlu bongkar besar. Teknologi SATO sangat membantu masyarakat dalam mengakses sarana sanitasi sehat secara cepat dan terjangkau.
Baca juga: Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri dan DR Koen Latih Sanitarian TTG
Sanitarian Kediri Dibekali Strategi Praktis
Sebagai fasilitator nasional TTG dalam bidang sanitasi, DR Koen membekali peserta dengan strategi komunikasi perubahan perilaku berbasis praktik. Ia menekankan bahwa sanitarian harus mampu menerjemahkan teknologi menjadi solusi yang dipahami masyarakat awam.
“Sanitarian bukan hanya teknisi. Mereka juga pendidik. Maka, penting untuk bisa menjelaskan manfaat TTG seperti toilet SATO dengan bahasa sederhana dan pendekatan yang membumi,” tegasnya.
Dari Indonesia Timur ke Jawa Timur
DR Koen menyebut bahwa toilet SATO telah ia perkenalkan dan terapkan di berbagai wilayah seperti Kupang (NTT), Bima (NTB), Pangkalan Bun, serta sejumlah kabupaten di Kalimantan Tengah.
Penggunaan toilet SATO di berbagai wilayah terbukti memberikan dampak signifikan. Di Kupang, Lombok Bima, dan Kalimantan Tengah, akses sanitasi layak meningkat tajam pasca adopsi SATO.
Teknologi ini menjawab tantangan masyarakat di wilayah sulit air dan ekonomi lemah. “Dengan harga terjangkau dan efisiensi air luar biasa, masyarakat tidak lagi menunda punya jamban sehat,” kata DR Koen.
Super Hero SATO Indonesia
Atas dedikasi dan konsistensinya dalam memperkenalkan produk SATO ke berbagai penjuru negeri, masyarakat dan praktisi sanitasi menjuluki DR Koen sebagai “Super Hero SATO Indonesia”. Ia sosok yang tak lelah berkeliling nusantara demi satu misi: sanitasi layak untuk semua.
Kini, ia kembali untuk melanjutkan misi edukasinya di wilayah Jawa Timur. Didampingi tim dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, DR Koen bergerak dari kabupaten ke kabupaten untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan lingkungan dalam penguasaan TTG.
“Kami ingin Jatim jadi model percepatan perubahan perilaku sanitasi di Indonesia. Sanitarian kita harus jadi motor penggerak desa ODF (Open Defecation Free),” ujarnya.
Antusiasme Tinggi dari Peserta
Ketua Timker Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, Nurul Puspa Irawati, menyatakan para sanitarian sangat antusias mengikuti pelatihan, terutama saat sesi praktik dan demo penggunaan toilet SATO. “Mereka langsung melihat solusi nyata yang bisa dibawa ke masyarakat,” ujarnya.
Pelatihan ini menjadi bagian penting dalam persiapan Kabupaten Kediri menghadapi verifikasi nasional Kabupaten Sehat pada 12 Agustus 2025. Diharapkan toilet sehat berbasis TTG bisa memperkuat bukti nyata pencapaian Pilar 1 STBM.
Teguh Marsianto