Kota Batu, Jejakjurnalis.com,- Pendaki Sidoarjo selamat usai hilang tiga hari di Sabana Gunung Buthak, Kota Batu. Chamdn Salman Al Farizi (22) akhirnya berhasil dievakuasi Senin (19/08/2025) siang dalam kondisi hidup.
Dalam operasi pencarian ini melibatkan lebih 200 orang relawan serta puluhan lembaga lintas unsur. Korban selamat meski lemah, dehidrasi, dan mengalami luka di pergelangan kaki kanan.
Hilang Misterius di Malam Dingin
Chamdin hilang sejak Sabtu (16/8/2025) malam. Menurut kesaksian dari kedua rekannya, Wahyu dan Dewa, sebelum hilang korban menunjukkan perilaku tak wajar di Sabana Gunung Buthak. Korban tampak terlihat linglung dengan gejala hipotermia.
Ucapannya yang membingungkan, “Saya ada janji mau mendaki gunung lain,” menjadi kata-kata terakhir sebelum ia menghilang ke balik kabut pukul 20.15 WIB.

Upaya pencarian oleh rekannya gagal. Kabar kehilangan baru dilaporkan ke pos pendakian Minggu, (17/8/2025) sore pukul 18.00 WIB.
Operasi SAR Kolosal
Laporan itu memicu operasi SAR terpadu oleh Basarnas dan BPBD Kota Batu. Pencarian melibatkan 22 lembaga, termasuk TNI, Polri, Banser, komunitas pendaki, hingga relawan warga.
Lebih dari 130 personel diturunkan pada hari pertama dan kedua, lalu meningkat menjadi lebih dari 200 orang pada hari ketiga.
Baca juga: Tasyakuran dan Ruwatan AWOS Momentum Penguatan Organisasi
Medan ekstrem di ketinggian 2.868 mdpl, sabana luas berselimut kabut, hingga jurang terjal menjadi tantangan utama. Tim SAR juga mengerahkan drone untuk menjangkau lokasi berbahaya.
Momen Penemuan dan Evakuasi
Senin (19/8) pukul 12.31 WIB, tim SAR gabungan “Ojekam Pendakian” dan SARU 2 yang dipimpin Alfa dan Febri menemukan Chamdn dalam kondisi lemah dan terluka di jalur samping sabana.
Evakuasi menggunakan tandu khusus medan berat berlangsung 3 jam hingga tiba di posko pendakian pada pukul 15.21 WIB. Suasana haru pecah, tangis Chamdin seakan melepas beban ketakutan selama tiga hari terjebak di alam bebas.
Pujian dan Peringatan
Komandan Basarnas Jatim, Yoni Afrisa, menegaskan pentingnya kesiapan sebelum mendaki.
“Alhamdulillah, survivor berhasil dievakuasi dengan selamat. Namun Gunung Buthak bukan tempat uji nyali. Pendakian di sini membutuhkan banyak kesiapan fisik, mental, dan peralatan lengkap. Ini wisata minat khusus dengan risiko tinggi,” tegasnya.
Sementara, Kepala Desa Pesanggrahan, Imam Wahyudi, menyampaikan apresiasi mendalam. “Tanpa gotong royong seluruh pihak, hasil ini tak mungkin dicapai. Ini kemenangan kita semua,” ujarnya penuh syukur.
Kisah dari Chamdin pendaki Sidoarjo menjadi pengingat masyarakat betapa indah dan ganasnya alam Indonesia. Pendakian bukan sekadar petualangan, tetapi juga tanggung jawab untuk selalu hormat pada alam dengan persiapan matang.