Perjalanan Menuju Puncak Peradaban

  • Bagikan
Perjalanan Menuju Puncak Peradaban.
Perjalanan Menuju Puncak Peradaban

Perjalanan Menuju Puncak Peradaban

Di tengah pusaran kekacauan, gerak jiwa selalu ada lapisan halus energi yang bekerja dengan arah berbeda. Energi kekacauan memang tampak menghancurkan, memusnahkan sesaat, mengguncang, dan meruntuhkan tatanan lama.

Namun bersamaan dengan itu, lahirlah gelombang energi kesadaran dengan vibrasi yang lebih tinggi, itulah perjalanan Pralina. Dua arus ini berjalan beriringan: yang satu meruntuhkan, yang lain membangkitkan, menuntun kepada kesadaran jiwa.

Kekacauan ibarat badai yang memporak-porandakan ladang lama, karena sudah habis unsur-unsur haranya tanaman sudah tidak bisa hidup sehat. Dibutuhkan proses antibodi agar tanah kembali gembur, siap ditanami benih baru.

Perjalanan Menuju Puncak Peradaban. Opini Hadi Prajaka
Perjalanan Menuju Puncak Peradaban. Opini Hadi Prajaka

Dalam kondisi itu, ruang terbuka untuk kesadaran tumbuh, itulah sebabnya kiamat terus berulang-ulang. Saat dunia riuh, guncangan dahsyat, hanya hati yang mampu duduk tenang, yang akan merasakan kehadiran energi yang berbeda: hening, jernih, tenang dan penuh kuasa daya hidup.

Itulah mengapa banyak orang merasakan, samadi dan meditasi jauh lebih dalam mengelola jiwa ketika suasana luar tampak kacau, tetapi gelombang energi konstan.

Pepatah lama menyebutkan: “Ketika bencana diturunkan, di sana berkah besar juga hadir". Maknanya bukan sekadar hiburan batin, atau sekedar permainan perasaan, atau ujian jiwa, melainkan hukum alam, semesta bekerja.

Di balik runtuhnya bangunan lama, dibalik kehidupan yang tidak lagi diharapkan tetapi ada potensi lahirnya tatanan baru yang lebih segar, lebih menentramkan, di balik jatuhnya banyak orang, ada pula yang bangkit dengan cara yang tak terduga.

Energi kesadaran vibrasi tinggi inilah yang menopang kebangkitan itu. Ia bekerja melalui intuisi, kejernihan batin, dan kejutan-kejutan kesadaran hidup yang datang seolah tanpa rencana.

Saat seseorang memilih untuk duduk diam, bernafas dengan sadar, dan membiarkan pikirannya tenang, damai. Ia sedang menyambungkan diri dengan arus semesta dan akan datang berkah yang menjadi memuliakan seluruh kehidupan.

Kekacauan tidak harus selalu ditakuti. Ia bisa menjadi pintu masuk ke tingkat kesadaran baru, yang menentukan adalah bagaimana manusia merespons. Ikut terseret arus panik, atau justru membuka diri pada keheningan yang melahirkan kekuatan baru.

Yang penting bagaimana memberikan panduan kepada generasi muda berikutnya, karena itu merupakan pewaris tahta peradaban, benih ini tidak boleh mati dan kita yang semakin menua harus legawa merelakan untuk kembali menyatu dengan semesta.

Dengan iklas dan berserah diri, kembali dengan damai di Haribaan Tuhan Yang Maha Esa. Ibarat kulit yang selalu berganti cangkang, pasang tumbuh hilang berganti.

 

Opini Hadi Prajaka 

Sosok penulis, Tokoh Pemerhati Budaya Jawa, Ketua Umum Himpunan Penghayat Kepercayaan (HPK) Tahun 2023.

Baca juga: Ritual Prapatan Gunung Buthak Lestarikan Alam dan Tradisi

 

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan