Hambalang, Bogor, Jejakjurnalis.com - Dari Hambalang untuk Negeri, suara mesin diesel menderum sudah menjadi soundtrack sehari-hari bagi Salim (54), petani sekaligus kepala dusun di sebuah desa terpencil di Nusa Tenggara Timur. Setiap malam, dentumannya mengalahkan gemericik air sungai. Setiap bulan, biaya solar untuk menyalakan satu lampu dan televisi kecilnya menggerus penghasilan dari kebunnya. "Listrik negara? Kami cuma dengar. Yang ada listrik kami sendiri, mahal dan berisik," ujarnya saat dihubungi via telepon satelit.
Kisah Pak Salim dan ribuan masyarakat lain di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) mungkin akan segera menemui titik terang. Dari sebuah ruang rapat di Hambalang, Bogor, Presiden Prabowo Subianto menggebrak dengan sebuah perintah yang sangat spesifik: membangun prototipe listrik tenaga surya untuk pedesaan, dan harus selesai dalam 3-5 bulan.
Yang menarik, perintah ini tidak diberikan kepada kementerian energi atau ESDM, tetapi langsung kepada Danantera, sebuah BUMN infrastruktur. Pilihan ini menunjukkan pendekatan yang berbeda: bisnis, cepat, dan terukur. Danantera ditantang untuk tidak hanya membangun, tetapi mungkin juga menciptakan model bisnis yang berkelanjutan untuk listrik desa.
"Ini bukan sekadar proyek instalasi panel surya. Ini adalah proyek pemerataan energi. Yang dibutuhkan adalah teknologi yang tepat guna, mudah dirawat oleh masyarakat lokal, dan sistem pembiayaan yang tidak membebani," jelas seorang narasumber yang ikut dalam rapat.
Sementara itu, pembahasan Giant Sea Wall juga menyimpan cerita kemanusiaan yang dalam. Proyek raksasa yang membentang dari Banten hingga Jawa Timur ini bukan hanya soal beton dan semen. Ini adalah soal masa depan 50 juta orang yang hidup di garis pantai yang kian rentan. Nelayan-nelayan di pesisir Demak yang setiap tahun melihat air laut memasuki rumah mereka, atau petani tambak di Brebes yang gagal panen karena intrusi air asin, menanti kepastian.
Rapat di Hambalang hari ini adalah titik awal. Perintah Presiden yang tegas ibarat percikan api. Tantangannya sekarang adalah bagaimana api kecil ini bisa menjadi penerang yang stabil dan berkelanjutan, menghangatkan rumah-rumah seperti milik Pak Salim, dan melindungi ribuan hektar tambak dan pemukiman di pesisir Jawa dari amukan air laut.