Kota Batu, jejakjurnalis.com –Mitos di Gunung Buthak, nah mitos yang membuat penasaran di Gunung Buthak bukan sekadar cerita pengantar tidur. Di balik narasinya yang menyeramkan, terselip pesan kearifan lokal yang dalam, terutama terkait dengan konservasi alam dan etika bermasyarakat.

Bagi masyarakat desa di kaki Gunung Buthak, cerita siluman babi telah ada turun-temurun. "Dulu, sering ada laporan warga yang kehilangan hasil kebunnya pada malam hari. Lalu, munculah cerita bahwa itu ulah siluman babi yang bersemayam di gunung," tutur Mbah Karto, sesepuh desa setempat.
Namun, jika ditelaah lebih jauh, mitos ini memiliki fungsi sosial dan ekologis. Pertama, sebagai bentuk "penjagaan" terhadap gunung yang dianggap keramat. Dengan adanya cerita menakutkan, orang akan segan untuk masuk ke dalam hutan gunung secara sembarangan, apalagi untuk menebang pohon atau berburu liar. Kedua, mitos ini juga menjadi pengingat secara tidak langsung untuk tidak serakah. Aktivitas "ngepet" atau mencuri dilambangkan sebagai perbuatan yang tidak terpuji dan akan berubah menjadi sosok yang dikutuk (babi).
Psikolog Lingkungan, Dr. Sari Dewi, M.Si., mengatakan, "Cerita-cerita mistis seperti ini adalah cara tradisional untuk mengelola rasa takut dan menghormati alam. Alam digambarkan memiliki 'penjaga' yang akan marah jika dirusak. Ini efektif untuk menjaga kelestarian sebelum ada aturan konservasi formal."

Jadi, mitos siluman babi di Gunung Buthak bisa jadi adalah cara leluhur dalam "membranding" pesan pelestarian lingkungan yang dikemas dalam bentuk cerita rakyat yang mudah diingat dan diturunkan.