Mitos Siluman Babi Gunung Buthak Simbol Kearifan Alam

  • Bagikan
Mitos siluman babi menjadi kisah hidup di masyarakat Gunung Buthak. Pesan kearifan lokal dalam menjaga harmoni dengan alam.
Mitos siluman babi menjadi kisah hidup di masyarakat Gunung Buthak. Pesan kearifan lokal dalam menjaga harmoni dengan alam.

Kota Batu, jejakjurnalis.com,- Mitos siluman babi Gunung Buthak menjadi salah satu kisah yang masih hidup di tengah masyarakat lereng gunung, dan hal itu bukan sekadar hanya dongeng pengantar tidur.

Cerita ini menyimpan pesan kearifan lokal yang dalam, terutama tentang bagaimana manusia seharusnya menjaga hubungan harmonis dengan alam. Bagi warga desa di kaki Gunung Buthak, mitos tersebut sudah ada turun-temurun.

Menurut penuturan Mbah Karto, sesepuh desa setempat, kisah ini bermula dari kejadian misterius di masa lalu.

“Dulu sering ada warga yang kehilangan hasil kebun pada malam hari. Lalu muncul cerita bahwa itu ulah siluman babi yang bersemayam di Gunung Buthak,” ujarnya sambil menatap arah puncak gunung yang diselimuti kabut tipis.

Namun, jika ditelusuri lebih dalam, mitos siluman babi memiliki makna sosial dan ekologis yang kuat. Bukan hanya untuk menakuti, melainkan juga mengingatkan manusia agar tidak serakah dan menghormati alam.

Mitos siluman babi menjadi kisah hidup di masyarakat Gunung Buthak. Pesan kearifan lokal dalam menjaga harmoni dengan alam.
Mitos siluman babi menjadi kisah hidup di masyarakat Gunung Buthak. Pesan kearifan lokal dalam menjaga harmoni dengan alam.

Kisah tentang babi siluman yang berkeliaran di malam hari seolah menjadi peringatan agar warga tidak masuk hutan sembarangan, menebang pohon, atau berburu satwa liar tanpa alasan.

Baca juga: Selokurung dan Omah Tepus, Basecamp Pendakian Kelas Hotel

Dalam konteks budaya lokal, sosok babi siluman melambangkan hukuman bagi mereka yang melanggar norma sosial, seperti mencuri atau mengambil hak orang lain.

Makna moralnya juga tampak dari simbol “babi” yang sering diidentikkan dengan keserakahan. Dengan kata lain, mitos ini menanamkan nilai kejujuran dan kesadaran ekologis dalam bentuk cerita rakyat.

Psikolog Lingkungan, Dr. Sari Dewi, M.Si., mengatakan, "Cerita-cerita mistis seperti ini adalah cara tradisional untuk mengelola rasa takut dan menghormati alam.

Alam digambarkan memiliki 'penjaga' yang akan marah jika dirusak. Ini efektif untuk menjaga kelestarian sebelum ada aturan konservasi formal.

Menurut Psikolog Lingkungan, Dr. Sari Dewi, M.Si., kisah mistis semacam ini berfungsi sebagai alat pengendali sosial yang efektif di masa lalu.

“Cerita-cerita mistis seperti siluman babi adalah cara tradisional masyarakat untuk mengelola rasa takut dan menumbuhkan rasa hormat pada alam. Sebelum ada hukum konservasi modern, mitoslah yang menjaga hutan tetap lestari,” jelasnya.

Jadi, mitos siluman babi di Gunung Buthak bisa jadi adalah cara leluhur dalam "membranding" pesan pelestarian lingkungan yang dikemas dalam bentuk cerita rakyat yang mudah diingat dan diturunkan.

Kini, di tengah derasnya arus modernisasi, nilai-nilai yang terkandung dalam mitos Gunung Buthak itu justru semakin relevan. Ia mengajarkan manusia untuk tidak menantang alam, melainkan hidup selaras dengannya.

Saat langit malam di puncak Buthak menampakkan keindahannya, kisah siluman babi itu seakan berbisik lembut yang mengingatkan pendaki agar tetap rendah hati dan menjaga keseimbangan antara keberanian, spiritualitas, dan kelestarian alam.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan