Sidoarjo, Jejakjurnalis.com,- Misteri Candi Tawang Alun dan kisah legenda di dalamnya akan terus menyelimuti Desa Buncitan, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo.
Situs cagar budaya tersebut bukan hanya sekadar peninggalan Majapahit, tetapi juga berfungsi sebagai penahan semburan lumpur dari mud volcano, mirip dengan bencana Lumpur Lapindo.
Candi yang terpencil di perbukitan ini menyimpan kisah sejarah, legenda romantis, spiritual dan aura mistis yang tak lekang oleh waktu.
Sejarah dan Legenda
Candi Tawangalun, atau dikenal juga sebagai Candi Sumur Windu, dibangun pada tahun 1292 Masehi pada masa pemerintahan Raja Brawijaya II.
Tidak seperti candi-candi lain yang berada di tengah pemukiman, candi ini berdiri di atas bukit, dikelilingi lumpur yang kadang menyembur.
Struktur candi berbentuk segi empat dengan lubang di tengah berdiameter sekitar dua meter, dengan luas sekitar 12 meter persegi.
Menurut legenda, candi ini didirikan oleh Resi Tawang Alun, seorang penguasa sakti dari bangsa raksasa atau jin, ayah Putri Alun, selir Raja Brawijaya II.
Putri Alun dikenal memiliki kecantikan luar biasa, tetapi memiliki kebiasaan unik: menyukai daging mentah. Kebiasaan ini memicu konflik di istana, hingga akhirnya ia diusir dalam keadaan hamil. Dari persalinannya lahirlah Arya Damar.

Seiring waktu, Arya Damar tumbuh menjadi pemuda cerdas dan berani. Ia berangkat ke Majapahit untuk menemui ayahnya, Raja Brawijaya II, dan mengaku sebagai anak sang raja.
Namun, alih-alih mendapat sambutan hangat, ia justru diusir kembali. Kecewa dan terluka, Arya Damar kembali ke Tawangalun.
Baca juga: Candi Songgoriti Misteri dan Keajaiban Petirtaan Kuno di Kota Batu
Ikuti saluran channel kami: https://youtu.be/kDJ2VEEm2kg
Melihat penderitaan putranya, Putri Alun mendirikan candi ini sebagai simbol kasih sayang. Konon, Arya Damar menggunakan candi tersebut untuk moksa, merenungi makna kehidupan, dan mendekatkan diri pada Yang Maha Pencipta.
Fenomena Alam dan Nilai Mistis
Keberadaan candi dekat semburan lumpur menambah aura mistisnya. Menurut juru kunci, Ahmad Syaiful Munir, setiap kali lumpur mengalir deras disertai suara gemuruh, biasanya menandakan potensi bencana alam.
Candi Tawang Alun bukan hanya saksi bisu sejarah dan legenda, tetapi juga penanda alam yang mengingatkan manusia pada kekuatan bumi.
Aktivitas Masyarakat dan Tradisi
Masyarakat Desa Buncitan tidak sekadar memandang candi sebagai peninggalan sejarah, tetapi juga bagian penting kehidupan spiritual dan sosial mereka.
Setiap malam purnama, seniman datang untuk menenangkan diri, merenungi makna hidup, dan mencari inspirasi. Candi ini menjadi lokasi ritual pengantin dan perayaan hari besar.
Pada setiap malam 1 Syuro, warga Desa Buncitan mengadakan tasyakuran di kompleks candi. Tradisi ini memperkuat ikatan sosial, spiritual, dan kultural, sekaligus menjadi bentuk penghormatan kepada leluhur dan warisan Majapahit.
Aktivitas tersebut menjadikan Candi Tawang Alun sebagai pusat energi spiritual yang hidup, bukan sekadar monumen mati.
Misteri Candi Tawang Alun adalah perpaduan sejarah, legenda, dan fenomena alam yang luar biasa. Dari kisah Putri Alun dan Arya Damar, tersirat pesan kasih sayang seorang ibu dan perjalanan spiritual seorang anak.
Dari semburan lumpur yang misterius, tersirat peringatan alam yang harus dihormati. Dari ritual masyarakat, tersirat kehidupan sosial dan spiritual yang kuat.
Bagi pengunjung, Candi Tawang Alun bukan sekadar tempat melihat arsitektur kuno, tetapi juga merasakan aura mistis, kedamaian spiritual, dan inspirasi hidup.
Di sinilah sejarah Majapahit, legenda keluarga kerajaan, dan kekuatan alam berpadu, menjadikan situs ini salah satu yang paling unik dan penuh misteri di Jawa Timur.
M. Endri Priyantono
Editor: Teguh M