SUMATRA – Bencana banjir dan tanah longsor di Sumatera sebulan lalu memberi dampak pada perekonomian warga.
Akses jalan yang putus membuat bahan pokok untuk kebutuhan sehari-hari sulit ditemui dan membuat harga melambung tinggi.
Seperti yang dialami oleh masyarakat di Takengon, Aceh Tengah ketika jalur ke Bener Meriah terputus pascabanjir dan longsor.
Masyarakat di Takengon harus berjalan kaki puluhan kilometer untuk mencapai Kampung Kem di Bener Meriah agar mendapatkan logistik karena sempat terisolir dan tak bisa dilalui oleh kendaraan.
Warga Takengon ke Bener Meriah Demi Harga Logistik Lebih Murah
Salah satu warga di Takengon mengatakan bahwa harga bahan pokok di Takengon jauh lebih mahal dibanding Bener Meriah.
Oleh karena itu, warga memilih untuk membeli barang di Bener Meriah agar mendapatkan harga yang lebih murah.
“Harga beras di Kem Rp250.000 per sak yang 15 kg, kalau di Takengon udah Rp400.000. Minyak goreng yang 1 liter itu di Kem Rp25.000, di Takengon Rp35.000,” ucap salah satu warga dalam video yang diunggah oleh akun Instagram @ayumten pada Sabtu, 27 Desember 2025.
Selanjutnya, harga telur ayam di Kampung Kem adalah Rp65.000 dan di Takengon sudah menyentuh harga Rp120.000.
“Sebagian (harganya) dua kali lipat, sebagian lebih,” lanjutnya.
Tempuh Perjalanan 5 Jam Setiap Hari
Melewati medan yang licin dan berlumpur karena area bekas longsoran, warga harus berhati-hati ketika melintas.
Demi mendapatkan logistik tersebut, warga Takengon harus pulang-pergi jalan kaki selama 5 jam.
“Perginya 2 jam, pulang 3 jam karena bawa barang kan. 5 Jam pulang pergi, setiap hari kalau saya,” imbuhnya.
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan berjalan kaki, warga berharap akses jalan dan transportasi akan segera pulih.
“Mudah-mudahan cepat selesai jalannya kan,” sambungnya.
Tak hanya untuk membeli logistik, sebagian warga juga membawa hasil panennya untuk dijual.
Seperti buah nanas yang dibawa dan ditawarkan saat bertemu orang-orang di perjalanan.
Saat ini, akses menuju Takengon terus diperbaiki oleh pemerintah dan pihak terkait agar bisa memudahkan mobilitas.
Tak hanya untuk aktivitas jual beli warga, tetapi juga distribusi bantuan logistik ke wilayah yang sempat terisolir.













