Surabaya, Jejakjurnalis.com,- Lomba Bersama Wujudkan Surabaya Emas (BWSE) Jilid IV digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama dengan Tim Penggerak (TP) PKK Surabaya, pada Sabtu (05/07/2025) sebagai bagian upaya percepatan eliminasi stunting.
Indikator penilaian lomba mencakup kesesuaian tumbuh kembang anak memakai Kartu Menuju Sehat (KMS), kondisi rumah sehat, kreativitas orang tua dalam mengolah dan menyajikan makanan, serta kualitas pendampingan oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK).
Program yang dimulai pada 5 Juli hingga 30 Agustus 2025 ini menyasar 607 bayi di bawah 2 tahun (baduta) yang terindikasi menunjukkan gejala stagnasi berat badan dua kali berturut-turut.
Lomba Bersama Wujudkan Surabaya Emas tahun 2025, tidak hanya sekedar menyentuh persoalan gizi, tetapi juga aspek lingkungan dan pola asuh anak.
Salah satu yang dilibatkan sebagai juri adalah DR. Koen Irianto Uripan, S.H., M.M., Kaprodi S 2 STIE ABI Surabaya, yang mengemban peran khusus menilai Rumah Sehat sekaligus aspek kesehatan lingkungan.
"Atas nama STIE ABI, saya mengucapkan terima kasih dan bangga telah dipercaya oleh pemerintah Kota Surabaya ditunjuk sebagai salah satu Juri Bidang Kesehatan Lingkungan," ungkap Doktor Alumnus Sekolah Pasca Sarjana Unair Surabaya.

“Stunting tidak semata soal makanan. Banyak anak yang sudah mengonsumsi gizi baik, namun tetap gagal tumbuh karena lingkungan sekitarnya kotor dan tidak higienis,” ujar Dr. Koen pada
Dr. Koen menilai kondisi rumah peserta, mulai dari ventilasi udara, kebersihan jamban, akses air bersih, hingga perilaku kebersihan keluarga seperti mencuci tangan dan cara menyuapi anak.
Ia juga memberikan edukasi langsung kepada Tim Pendamping Keluarga (TPK) mengenai pentingnya sanitasi sebagai faktor penentu keberhasilan tumbuh kembang anak.
Dr. Koen menyambut baik pendekatan kolaboratif BWSE. “Surabaya serius. Pendekatannya sudah tepat. Mulai dari gizi, perilaku, dan lingkungan disentuh semua. Ini bisa jadi role model nasional jika terus dijalankan konsisten,” tegasnya.
Ketua TP PKK Kota Surabaya, Rini Indriyani, menjelaskan bahwa BWSE kali ini menargetkan intervensi lebih dini, menyasar baduta sebelum mengalami stunting.

“Ini deteksi awal. Kalau dua kali timbang berat badan anak tidak naik, harus segera diintervensi,” katanya.
Baca juga: Turunkan Stunting, Dr Koen Tekankan TTG Sanitasi Perkotaan Modern
Selama dua bulan penuh, peserta akan mendapatkan berbagai intervensi, mulai dari pemberian telur setiap hari, susu, ikan. Serta konsultasi tumbuh kembang dengan dokter anak, edukasi MPASI dan pelatihan laktasi oleh tenaga profesional.
Hadir serta mendukung kegiatan BWSE antara lain,
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
• DR. dr. Mira Ermawati, Sp.A(K)
2. HIMPSI
• Dewi Mahastuti, M.Si., M.Psi., Psikolog
• Dra. Dwi Sarwendah, M.S., Psikolog
3. FKM
• Dr. Siti Rahayu Nadhiroh, S.KM, M.Kes.
• Dr. dr. Farapti, M.Gizi
4. KESLING
• Prof Ir Eddy Setiadi Soedjono, Departemen Teknik Lingkungan ITS
• DR. Koen Irianto Uripan, S.H., M.M., Kaprodi S 2 dari STIE ABIE Surabaya.
5. Poltekkes Kemenkes RI,
6. FKM UNAIR
7. OPD
8. PKK Kecamatan se- Kota Surabaya.
Dengan keterlibatan lintas sektor dan pendekatan menyeluruh, BWSE Jilid IV diharapkan menjadi momentum membangun budaya hidup bersih dan sehat di tingkat keluarga.